HEADLINE NEWS

Kamis, 02 Juni 2011

Diperkosa Setelah Berkenalan Singkat

Probolinggo: Lapi (18), warga Blok Dawuan, Kelurahan Kedungasem, Kecamatan Wonoasih, digelandang ke kantor Kepolisian Resor Kota Probolinggo, Senin (30/5/2011) siang. Remaja pengangguran yang hanya lulusan SD tersebut berurusan dengan polisi karena memerkosa, sebut saja, Intan (14), pelajar kelas I sebuah SMP negeri di Kota Probolinggo.

Lapi dibawa ke kantor polisi oleh kerabat korban dan ketua RT setempat.

Selain Lapi, ada remaja lain yang dilaporkan ke polisi terkait kasus yang sama, yakni Sueb (19), tetangga Lapi, yang baru lulus SMA.

Tuduhannya adalah kasus pemerkosaan terhadap, sebut saja, Permata (13), teman satu kelas Intan asal Kedunggaleng. Kedua orangtua korban sama-sama melapor ke kantor polisi. Selanjutnya, aparat kepolisian membawa Intan dan Permata ke RSUD dr Moh Saleh untuk dimintakan visum.

"Ya, kedua korban kita mintakan visum. Kalau terbukti, para pelaku akan kita jerat dengan UU Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002. Ancaman hukumannya maksimal 15 tahun," kata Kasat Reskrim Ajun Komisaris Agus I Supriyanto mendampingi Kapolresta Probolinggo, Selasa (31/5/2011).

Meski hasil visum itu belum diketahui, sudah ada pengakuan penting dari mulut Lapi. Di depan petugas SPK, Lapi mengaku menindih Intan sebanyak dua kali. Kejadian itu berlangsung di rumah Sueb malam Senin kemarin.

"Dua kali melakukan, Pak. Di rumah pacarnya Permata (Sueb)," ujar Lapi.

Pernyataan lain yang mendukung dugaan pemerkosaan itu adalah pengakuan Intan kepada orangtuanya. Diakui bahwa Lapi sudah menggerayanginya. Keterangan Intan dan Permata, mereka kenal Lapi dan Sueb saat pulang sekolah.

Dari perkenalan singkat itu, mereka lalu berpacaran, tanpa penjajakan. Beberapa hari kemudian Intan dan Permata diajak ke rumah Sueb.

"Orangtuanya ke Bali. Cuma ada neneknya. Ya menginap di sana," ujar Permata. Kalau Intan mengaku telah digerayangi oleh Lapi, lain halnya dengan Permata. Katanya, ia sudah tidak ingat lagi yang terjadi setelah diberi minuman berwarna putih.

"Enggak ingat. Kepala rasanya pusing," timpal Permata sambil terus menundukkan kepalanya ke dekat meja polisi. Setelah semalam menginap, kedua sahabat karib tersebut pulang menuju rumah Permata.

Kejadian itu terungkap setelah orangtua Intan menjemput dan membawa anaknya pulang. Orangtua Intan curiga dengan penampilan anaknya yang awut-awutan, leher penuh cupang, dan jalannya sempoyongan.

"Saya desak terus, akhirnya dia mengaku," kata ayah Intan. Dari pengakuan itulah, kasus tersebut kemudian dibawa ranah hukum.