HEADLINE NEWS

Jumat, 17 Juni 2011

Kisah Abrar, Pembongkar Kasus Contek Massal

Jakarta: Muhammad Abrari Pulungan, 12 tahun, siswa Sekolah Dasar 06 Petang Pesanggrahan, Jakarta Selatan, berharap Ujian Nasional di sekolahnya diulang. Anak pertama dari tiga bersaudara ini adalah pelapor kasus pemaksaan menyontek, yang diduga terjadi atas perintah kepala sekolah.

"Harapan saya UN-nya diulang saja biar adil. Biar SMP nanti percaya sama NEM-nya," ujar Abrar saat menanti pertemuan antara orang tuanya, Pemprov DKI dengan dan Komnas Perlindungan Anak di ruang rapat Asisten Sekda, Gedung Blok G, Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (16/6/2011).

Abrar yang akrab disapa Abang oleh keluarga dan temannya ini mengisahkan bahwa kasus contek massal itu terjadi pada hari pertama Ujian Nasional (UN) pada 10 Mei 2011 lalu. Mata pelajaran yang diujikan adalah Bahasa Indonesia.

Abrar berangkat ke sekolah lebih awal dan yakin dapat melalui ujian dengan mudah, karena sudah mempersiapkan diri sejak jauh hari. Sebelum ujian dimulai ada penjelasan dari guru pengawas untuk tidak mencontek. Tapi itu hanya berlangsung singkat. Tak kurang dari sepuluh menit, sejumlah siswa saling tukar jawaban, dan pengawas hanya diam saja.

"Tapi sebelumnya guru membuat kesepakatan untuk tidak memberitahu ke siapa pun. Hampir semua soal dijawab dengan menyontek," tuturnya.

Setelah dia melaporkan masalah yang meresahkan ini kepada ibunya, Irma Winda Lubis. Dia langsung datang dan meminta penjelasan ke sekolah dengan membawa kamera untuk merekam.

"Pada hari pertama Ujian Nasional semua menyontek, tapi dua hari berikutnya tidak, karena ibu merekam kegiatan ujian kami," ungkapnya.

Menurut Abrar, seperti diceritakan oleh ibunya, di SD 03 Pagi Pesanggrahan, yang letaknya satu kawasan dengan sekolahnya juga terjadi peristiwa yang sama.

"Kata ibu di sana malah ada kerjasama antara pengawas dan guru, tapi gara-gara direkam ibu jadi pada diam," katanya.

Abrar yang mengenakan kemeja kotak-kota biru dan celana panjang cokelat muda mengaku sempat dimusuhi oleh kawan-kawannya di sekolah setelah melaporkan peristiwa itu.

"Sempat dikucilkan, mereka bisik-bisik bicara tentang saya. Tapi pas ibu terangin ke teman-teman, sekarang mereka sudah biasa saja," ucapnya sambil tersenyum.

Abrar tampak lebih ceria dan percaya diri. Tak sedikit pun tersirat rasa takut saat datang ke gedung pemprov DKI Jakarta bersama kedua orangtuanya. Dia tidak takut mengungkap peristiwa ini ke publik karena didukung oleh orangtua.

"Ibu selalu mengajarkan untuk jujur, tidak boleh bohong apa lagi curang. Walaupun soal UN kemarin lebih sulit dari soal tryout sebelumnya, tapi itu hasil pekerjaan saya sendiri, saya tidak mau menyontek," tegasnya.